Di Tengah Mahalnya EBT, Samuel Sekuritas Rekomendasikan ENRG

PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) optimis tumbuh di tengah tantangan energi terbarukan. Perusahaan migas Grup Bakrie ini agresif ekspansi lewat private placement dan akuisisi blok migas, dengan proyeksi kinerja meningkat tajam hingga 2031.

Aug 5, 2025 - 23:26
 0  3
Di Tengah Mahalnya EBT, Samuel Sekuritas Rekomendasikan ENRG

Jakarta – Emiten migas milik Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), dipandang memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan meskipun sektor energi baru terbarukan (EBT) menghadapi tantangan berupa kebutuhan investasi besar. Ketergantungan terhadap energi fosil dinilai masih akan berlanjut dalam jangka panjang.

Dalam riset yang dirilis oleh Samuel Sekuritas, analis Juan Harahap dan Fadhlan Banny menjelaskan bahwa biaya pengembangan EBT masih jauh lebih tinggi dibandingkan energi berbasis fosil. Walaupun investasi triliunan rupiah telah digelontorkan ke sektor EBT selama satu dekade terakhir, efisiensi dalam produksi listriknya belum menunjukkan penurunan biaya yang signifikan.

"Perusahaan migas seperti ENRG diprediksi akan memperoleh keuntungan dari kuatnya permintaan energi fosil yang berkelanjutan, mengingat tantangan investasi di sektor EBT," tulis para analis dalam riset yang dikutip Selasa (5/8/2025).

Sejak tahun 2015, belanja modal global untuk eksplorasi dan produksi migas mengalami penurunan drastis. Penurunan tersebut dipicu oleh kejatuhan harga minyak pada 2014–2015 dan meningkatnya tekanan terhadap penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Menurut International Energy Agency (IEA), investasi di sektor hulu migas secara global menurun dari US$700 miliar pada 2014 menjadi rata-rata US$450 miliar per tahun sepanjang 2015 hingga 2025.

Sementara itu, tren global menunjukkan pertumbuhan investasi di sektor EBT dengan CAGR 9,8% sepanjang 2015–2023, mencapai US$619 miliar pada 2023. Namun, kondisi ini menyebabkan cadangan migas global menyusut dan laju penemuan cadangan baru pun melambat. Ladang migas yang telah matang mengalami penurunan produksi alami sebesar 5% per tahun jika tidak ditopang oleh reinvestasi modal.

Dari sisi infrastruktur, meskipun investasi di sektor energi terbarukan mengalami pertumbuhan CAGR 11% sejak 2015, peningkatan jaringan dan penyimpanan energi masih tertinggal, hanya tumbuh 4% per tahun. Pada 2024, biaya investasi jaringan dan penyimpanan tercatat sebesar US$10,8 miliar per GWh dan diperkirakan turun menjadi US$9,7 miliar per GWh pada 2025.

Dalam menghadapi situasi tersebut, ENRG terus agresif menjalankan strategi bisnis. Melalui anak usahanya PT Imbang Tata Alam, perusahaan tengah mengembangkan blok migas di Selat Malaka, Riau. Untuk mendukung ekspansi ini, ENRG akan melakukan private placement (PMTHMETD) dengan penerbitan maksimal 2,48 miliar saham baru senilai hingga Rp595,7 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mendukung kegiatan pengeboran (70%) dan modal kerja lainnya (30%).

Samuel Sekuritas memperkirakan aksi ini akan memperbaiki struktur keuangan perusahaan, dengan penurunan rasio net gearing dari 59,3% menjadi 48,2% pada akhir 2025.

Selain itu, ENRG juga menambah kepemilikannya di Blok Kangean sebesar 25% melalui akuisisi dari JAPEX. Di sisi lain, mereka melepas 50% kepemilikan di Blok Gebang kepada JAPEX, menjadikan ENRG sebagai pengendali penuh Blok Kangean. Produksi blok tersebut diperkirakan melonjak hingga 324 MMSCFD pada 2031 dengan rencana 15 pengeboran tambahan. Untuk Blok Gebang, produksi diprediksi meningkat tiga kali lipat pada 2035, dengan cadangan mencapai 874 BCF dan produksi dimulai pada 2027.

Riset Samuel memproyeksi, produksi migas ENRG akan tumbuh dengan CAGR 2,9% untuk minyak dan 24,8% untuk gas sepanjang 2026–2031. Ini akan mendongkrak pendapatan dan laba bersih masing-masing sebesar 18% dan 22% per tahun.

Walaupun harga minyak global sedang melemah — Brent ditutup turun 1,3% ke US$68,76 per barel dan WTI melemah 1,5% ke US$66,29 — dampaknya terhadap ENRG dinilai minimal karena kontribusi penjualan minyak hanya sekitar 35% dari total pendapatan. Setiap perubahan 1% pada harga minyak hanya berdampak sekitar 1,8% terhadap laba perusahaan.


Disclaimer: Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0