Tingginya Biaya Investasi Jadi Tantangan Saham EBT PGEO dan BREN
Saham PGEO dan BREN direkomendasikan untuk wait and see oleh Mirae Asset karena tingginya biaya investasi sektor EBT. Kinerja kedua emiten mencerminkan tantangan dan peluang di tengah target ambisius pemerintah.

JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas menyarankan investor untuk bersikap wait and see terhadap saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan PT Barito Renewable Energy Tbk. (BREN). Hal ini didasari oleh tantangan besar yang dihadapi sektor energi baru terbarukan (EBT), terutama dari sisi biaya investasi yang tinggi untuk mendukung transisi energi nasional.
Analis Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa langkah ambisius pemerintah dalam mempercepat bauran energi menjadi katalis positif. “Ini mendukung percepatan bauran energi nasional, namun tingginya biaya investasi di sektor EBT menjadi hambatan utama,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, target bauran energi 76% pada 2035 dari pemerintah—bahkan target 100% dari Presiden Prabowo—harus dibarengi dengan realisasi konkret, bukan sekadar wacana. “Saham BREN dan PGEO sebelumnya sudah merefleksikan political will tersebut melalui penguatan harga,” tambah Nafan.
Secara kinerja, saham PGEO melonjak 70,59% secara year-to-date (YtD) menjadi Rp1.595 per saham, meski hari ini turun 0,62% atau 10 poin. Sebaliknya, BREN mencatat penurunan YtD sebesar 21,85% ke level Rp7.250, tetapi berhasil rebound 18,85% dalam tiga bulan terakhir. Hari ini, BREN menguat 0,35% atau 25 poin.
Dari sisi fundamental, BREN berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih 12,96% YoY menjadi US$65,46 juta pada semester I/2025, dengan pendapatan naik 3,4% YoY menjadi US$300,07 juta. Net Profit Margin (NPM) BREN mencapai 21,81%. Sementara PGEO mengalami penurunan laba bersih 28,37% YoY menjadi US$203,77 juta, meskipun pendapatan naik tipis 0,53% menjadi US$204,85 juta. Namun, PGEO menunjukkan efisiensi operasional lebih baik dengan NPM sebesar 33,64%.
Secara makro, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada semester I/2025 turut menjadi katalis positif bagi sektor EBT. “Pertumbuhan konsumsi, khususnya konsumsi listrik, mendukung performa emiten-emiten energi terbarukan,” ujar Nafan.
Disclaimer: Artikel ini bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.
What's Your Reaction?






